Populasi Gajah Di Riau Menurun

 
Pemerintah pusat dan daerah serta penegak hukum terkait diminta segera mengusut tuntas kasus matinya 12 ekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dalam tiga bulan terakhir di Aceh dan Riau serta menindak tegas pelaku-pelaku yang terkait dengan terbunuhnya gajah tersebut. Terbunuhnya 12 ekor satwa dilindungi ini hanya dalam periode tiga bulan menjadi catatan buruk dan puncak gunung es tidak tertanganinya konflik gajah dan manusia dengan baik.

Di Aceh saja, tercatat 5 ekor gajah mati antara Maret dan Juni 2012. Dua ekor gajah ditemukan mati di Aceh Jaya pada bulan Maret dan Mei, disusul dengan 3 ekor gajah yang mati di kawasan perkebunan masyarakat di Aceh Timur pada tanggal 2 Juni.

Di Riau, sepanjang Maret-Juni 2012 tercatat 7 kematian gajah di kawasan blok hutan Tesso Nilo. Kasus kematian yang terakhir ditemukan di konsesi akasia PT. Riau Andalan Pulp and Paper pada 7 Juni 2012, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan. Seekor gajah jantan muda ditemukan mati dengan kondisi gading hilang.

Populasi gajah Sumatera menurun drastis dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Lembaga Konservasi Dunia (IUCN) menaikkan status keterancaman gajah sumatera dari “genting” menjadi “kritis”, hanya selangkah dari status ‘punah di alam’. Ini merupakah status terburuk dibandingkan subpecies gajah yang lain, baik di Asia maupun Afrika.

Saat ini jumlah gajah Sumatera di alam diperkirakan tidak lebih dari 2.400 ekor – 2.800 ekor saja, yang mana turun 50% dari populasi sebelumnya yaitu 3.000 - 5.000 individu pada tahun 2007. Hilangnya habitat akibat alih fungsi hutan merupakan penyebab utama penurunan populasi gajah.

Kematian tujuh gajah secara beruntun di blok hutan Tesso Nilo ini sedang diselidiki oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo, BBKSDA Riau dan pihak kepolisian. Banyaknya kasus kematian gajah akhir-akhir ini sangat mengkawatirkan, mengingat peningkatan yang drastis dari periode sebelumnya. Pada tahun 2011 tidak ada catatan gajah mati di Tesso Nilo, dan hanya ada dua kematian gajah di seluruh propinsi Riau pada tahun tersebut.

Perambahan yang berlangsung di dalam taman nasional tersebut diduga menjadi salah satu penyebab semakin tingginya konflik manusia-gajah yang berujung pada kematian gajah. Selain itu, perlu diselidiki kemungkinan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan konflik untuk mendapatkan gading gajah.

Direktur Program Kehutanan, Spesies dan Air Tawar WWF-Indonesia, Anwar Purwoto, mengatakan,”WWF siap membantu pemerintah dan penegak hukum untuk mengusut tuntas setiap kematian gajah yang terjadi, termasuk yg belum lama ini terjadi di Aceh dan Riau. Selain itu WWF meminta berbagai pihak meningkatkan efektivitas, intensitas dan luasan cakupan patroli pencegahan konflik, baik yang dilakukan oleh tim khusus maupun yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat di habitat gajah.

Anwar juga menambahkan bahwa kewaspadaan semua pihak dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengawasi berbagai aktivitas yang mencurigakan khususnya yang mengindikasikan perburuan satwa terancam punah tersebut di sekitar mereka.


Sumber : http://riauterkini.com